Sabtu, 04 Agustus 2012

Bullying


Sekarang ini bullying banyak disorot oleh khayalak luas. Karena sebenarnya bullying marak terjadi di sekitar kita. Biasanya yang di ekspos adalah bullying yang terjadi di kalangan pelajar, tepatnya terjadi sekolah. Misalnya kasus di SMA Don Bosco yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh khayalak luas. Sebenarnya bullying tidak hanya terjadi antar pelajar saja tetapi dapat juga terjadi di luar dunia pendidikan. Misalnya kasus Hwayoung salah satu member T-ara yang sering di bully oleh member lain (yang K-popers pasti tahu kasus ini). Dan akhirnya hwayoung dikeluarkan dari T-ara. Ternyata bullying bisa terjadi juga di dunia entertainment. Menurut saya, bullying bisa terjadi jika individu tersebut berada di lingkungan kelompok. Baik itu kelompok kerja, kelompok di kelas atau kelompok pergaulan, semua bisa terjadi yang namanya bullying.
 Bullying tidak hanya berbentuk kekerasan secara fisik saja, tetapi juga bisa berbentuk verbal yang berupa ejekan, ancaman atau sindiran. Bentuk verbal inilah yang efeknya lebih kerasa dibanding bullying dalam bentuk fisik. Dampak bullying sendiri sangat bermacam-macam, tergantung dari individu yang dibully. Tetapi dampak yang sering muncul yaitu prestasi belajar menurun, takut pergi ke sekolah, trauma bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.  Dampak Bullying sendiri tidak dapat sembuh dengan cepat, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyebuhkan dampak bullying.
Ada banyak motif mengapa anak melakukan bullying. Biasanya karena ingin “di anggap”, maksudnya adalah anak tersebut ingin dia di takuti oleh anak lain, sehingga anak tersebut akan merasa bangga jika sudah di takuti oleh anak yang lain. Ada juga anak yang melakukan bullying karena anak tersebut mencari perhatian orang-orang disekitarnya, biasanya terjadi oleh anak yang kurang perhatian oleh orang tuanya. Ada juga anak yang melakukan bullying karena benci dengan anak yang di bullying. Mungkin ada dendam, sehingga dia lampiaskan dengan membully anak yang dia benci. Motif pada tiap kasus bullying tentu saja berbeda-beda, tetapi ada kombinasi antar motif.
Banyak orang yang telah menjadi korban dari bullying. Salah satu korban bullying adalah saya sendiri. Saya pernah menjadi korban bullying saat memasuki jenjang SMP. Saat kelas satu SMP saya selalu diejek oleh salah satu teman laki-laki sekelas saya hanya karena kekurangan yang saya miliki. Pertama hanya satu orang saja yang mengejek-ejek saya, tetapi lama-lama saya teman-teman laki-laki yang lain juga ikut-ikutan mengejek saya. Pertama kali diejek saya hanya bersikap mungkin itu hanya gurauan belaka, saya cukup sabar menghadapi di awal-awal saya dibullying. Seterusnya saya sudah tidak kuat lagi dibullying setiap hari. Dampaknya adalah saya menarik diri dari pergaulan di kelas. Saya menjadi pendiam, tidak banyak bergaul. Untungnya teman perempuan saya tidak ikut-ikutan membullying saya, jadinya saya tidak tidak terlalu sulit bergaul dengan anak perempuan. Sehingga saya cukup dekat dengan semua anak perempuan di kelas. Dampak lain yang saya rasakan adalah saya menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Pelajaran bahasa Indonesia banyak yang praktek di depan kelas, sehingga menyulitkan saya karena saya tidak percaya diri. Dan hasilnya nilai bahasa Indonesia saya jelek. Padahal sebelum masuk SMP saya selalu masuk di 3 besar di SD. Saya juga takut jika mengadukan bullying kepada guru atau orangtua. Tidak percaya diri dan kesulitan dalam bergaul masih saya rasakan sampai sekarang. Saya mencoba menghilangkan sifat tidak percaya diri dan kesulitan dalam bergaul. Berkat dukungan dari sobat saya, saya mampu menghilangkan sifat tersebut walaupun belum 100%.
Kasus bullying sulit di cegah karena tidak semua orang mengerti apa itu bullying. Ada orang yang tidak sadar saat melakukan bullying dan ada yang sadar jika dia telah melakukan bullying. Yang dapat dilakukan oleh guru (jika terjadi di lingkungan pendidikan) adalah mencegah bullying dengan menciptakan kerukunan di lingkungan sekolah tapi menurut saya sulit dilakukan karena setiap individu itu berbeda dan individu tersebut mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam bersosialisasi, atau guru harus bisa mendeteksi sedini mungkin anak-anak yang di bully. Cara mendeteksinya yaitu dengan cara melihat prestasi belajar dan perubahan tingkah laku di sekolah. Tidak hanya guru BK yang harus menangani kasus bullying, tetapi semua guru harus bisa. Maka disini dibutuhkan banyak peran dari berbagai pihak agar bullying dapat di cegah atau dapat mendeteksi anak-anak yang di bully.
Bagaimana  dengan  kalian? Apakah kalian pernah di bully????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar