Sekarang ini bullying banyak disorot oleh khayalak luas.
Karena sebenarnya bullying marak terjadi di sekitar kita. Biasanya yang di
ekspos adalah bullying yang terjadi di kalangan pelajar, tepatnya terjadi
sekolah. Misalnya kasus di SMA Don Bosco yang sedang hangat-hangatnya
dibicarakan oleh khayalak luas. Sebenarnya bullying tidak hanya terjadi antar
pelajar saja tetapi dapat juga terjadi di luar dunia pendidikan. Misalnya kasus
Hwayoung salah satu member T-ara yang sering di bully oleh member lain (yang
K-popers pasti tahu kasus ini). Dan akhirnya hwayoung dikeluarkan dari T-ara.
Ternyata bullying bisa terjadi juga di dunia entertainment. Menurut saya,
bullying bisa terjadi jika individu tersebut berada di lingkungan kelompok.
Baik itu kelompok kerja, kelompok di kelas atau kelompok pergaulan, semua bisa
terjadi yang namanya bullying.
Bullying tidak hanya
berbentuk kekerasan secara fisik saja, tetapi juga bisa berbentuk verbal yang
berupa ejekan, ancaman atau sindiran. Bentuk verbal inilah yang efeknya lebih
kerasa dibanding bullying dalam bentuk fisik. Dampak bullying sendiri sangat
bermacam-macam, tergantung dari individu yang dibully. Tetapi dampak yang
sering muncul yaitu prestasi belajar menurun, takut pergi ke sekolah, trauma
bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.
Dampak Bullying sendiri tidak dapat sembuh dengan cepat, membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk menyebuhkan dampak bullying.
Ada banyak motif mengapa anak melakukan bullying. Biasanya
karena ingin “di anggap”, maksudnya adalah anak tersebut ingin dia di takuti
oleh anak lain, sehingga anak tersebut akan merasa bangga jika sudah di takuti
oleh anak yang lain. Ada juga anak yang melakukan bullying karena anak tersebut
mencari perhatian orang-orang disekitarnya, biasanya terjadi oleh anak yang
kurang perhatian oleh orang tuanya. Ada juga anak yang melakukan bullying
karena benci dengan anak yang di bullying. Mungkin ada dendam, sehingga dia
lampiaskan dengan membully anak yang dia benci. Motif pada tiap kasus bullying
tentu saja berbeda-beda, tetapi ada kombinasi antar motif.
Banyak orang yang telah menjadi korban dari bullying. Salah
satu korban bullying adalah saya sendiri. Saya pernah menjadi korban bullying
saat memasuki jenjang SMP. Saat kelas satu SMP saya selalu diejek oleh salah satu
teman laki-laki sekelas saya hanya karena kekurangan yang saya miliki. Pertama
hanya satu orang saja yang mengejek-ejek saya, tetapi lama-lama saya
teman-teman laki-laki yang lain juga ikut-ikutan mengejek saya. Pertama kali
diejek saya hanya bersikap mungkin itu hanya gurauan belaka, saya cukup sabar
menghadapi di awal-awal saya dibullying. Seterusnya saya sudah tidak kuat lagi
dibullying setiap hari. Dampaknya adalah saya menarik diri dari pergaulan di
kelas. Saya menjadi pendiam, tidak banyak bergaul. Untungnya teman perempuan
saya tidak ikut-ikutan membullying saya, jadinya saya tidak tidak terlalu sulit
bergaul dengan anak perempuan. Sehingga saya cukup dekat dengan semua anak
perempuan di kelas. Dampak lain yang saya rasakan adalah saya menjadi pribadi
yang tidak percaya diri. Pelajaran bahasa Indonesia banyak yang praktek di
depan kelas, sehingga menyulitkan saya karena saya tidak percaya diri. Dan
hasilnya nilai bahasa Indonesia saya jelek. Padahal sebelum masuk SMP saya
selalu masuk di 3 besar di SD. Saya juga takut jika mengadukan bullying kepada
guru atau orangtua. Tidak percaya diri dan kesulitan dalam bergaul masih saya
rasakan sampai sekarang. Saya mencoba menghilangkan sifat tidak percaya diri
dan kesulitan dalam bergaul. Berkat dukungan dari sobat saya, saya mampu
menghilangkan sifat tersebut walaupun belum 100%.
Kasus bullying sulit di cegah karena tidak semua orang
mengerti apa itu bullying. Ada orang yang tidak sadar saat melakukan bullying
dan ada yang sadar jika dia telah melakukan bullying. Yang dapat dilakukan oleh
guru (jika terjadi di lingkungan pendidikan) adalah mencegah bullying dengan
menciptakan kerukunan di lingkungan sekolah tapi menurut saya sulit dilakukan
karena setiap individu itu berbeda dan individu tersebut mempunyai pandangan
yang berbeda-beda dalam bersosialisasi, atau guru harus bisa mendeteksi sedini
mungkin anak-anak yang di bully. Cara mendeteksinya yaitu dengan cara melihat
prestasi belajar dan perubahan tingkah laku di sekolah. Tidak hanya guru BK
yang harus menangani kasus bullying, tetapi semua guru harus bisa. Maka disini
dibutuhkan banyak peran dari berbagai pihak agar bullying dapat di cegah atau
dapat mendeteksi anak-anak yang di bully.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian pernah di bully????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar